Keragaman Indonesia sudah menjadi takdir. Bukan hanya suku bangsa, bahasa yang kita pergunakan bukan bahasa asli, tapi bahasa Indo, campuran bahasa Melayu dan bahasa-bahasa lainnya. Kata kami itu dari bahasa Champa. Kata “tempo” dari bahasa Italia, “hal-hal” itu bahasa Arab, dan masih banyak lagi.
”Jadi, sudah takdirnya bangsa Indonesia adalah bangsa prural. Kata Indo, menunjukkan keragaman itu, demikian juga dengan bahasanya,” papar Remy Silado, budayawan, pelukis dan juga penyair, di Galeri Budaya, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Remy membantah anggapan orang Malaysia bahwa bahasa Indonesia itu “mencuri” bahasa mereka. Bahasa Indonesia itu bahasanya bangsa Indonesia yang berasal dari bahasa Melayu yang sudah direkayasa.
”Pada waktu akan mengikrarkan Sumpah Pemuda, seorang pemuda dari Madura bernama Tahbrani, mengusulkan agar dicantumkan juga dalam ikrar itu bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia,” jelas Remy.
Padahal mayoritas penduduk Indonesia adalah suku Jawa. Tapi, pemuda dari Jong Java saat itu mengalah demi terciptanya persatuan dan kesatuan. ”Maka digunakanlah bahasa Melayu sebaga bahasa Indonesia yang terus berkembang hingga saat ini dan perkembangannya itu masuknya unsur-unsur bahasa-bahasa lainnya. Dan,itu memperkaya bahasa Indonesia,”tegas Remi.
Melihat Indonesia, yang memiliki kekayaan dan khasanah budaya serta suku bangsa, dari sudut pandang bahasa, ternyata negeri ini sangat kaya. Dan, tak mengenal lagi dikotomi pribumi dan nonpribumi. “Agar kita yang berada di Indonesia ini tidak lagi mempermasalahkan pribumi dan nonpribumi. Keturunan Tionghoa, Arab, dan lainnya ada dalam perjuangan memerdekakan Indonesia. Semua punya hak sekaligus kewajiban mencari penghidupan di sini dan memajukan Indonesia secara bersama-sama sesuai bidang keahliannya,” kata Remy, yang menguasai lebih lima bahasa asing ini.