Medan – Presiden Joko Widodo baru saja menerima gelar Tuanku Seri Indera Utama Junjungan Negeri, sebuah gelar kebangsawanan tertinggi yang diberikan oleh Kesultanan Melayu Deli bertempat di Istana Maimun, pada Minggu (07/10).

Penyematan gelar tersebut dilakukan langsung oleh Sultan Deli Seripaduka Baginda Tuanku Sultan Mahmud Arya Lamanjiji Perkasa Alam kepada Presiden Joko Widodo dengan rangkaian prosesi adat Melayu yang kental.

Menurut Juru Bicara Kesultanan Deli Prof. Dr. OK Saidin SH M.Hum yang bergelar Datuk Sri Amar Lela Cendikia, Gelar Tuanku Sri Indra Utama Junjungan Negeri yang disematkan kepada Presiden memiliki makna filosofis bahwa Presiden melalui sifat kepemimpinan yang baik diharapkan akan mampu memberi tiupan angin segar (lambang kemakmuran) hingga ke pelosok negeri.

OK Saidin menambahkan, Presiden Jokowi adalah sosok pemimpin yang merakyat dan sederhana, serta memiliki perpaduan gaya kepemimpinan egaliter dan bersahaja yang pas sehingga dianggap layak menerima gelar kehormatan tersebut.

Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya turut memberikan apresiasi kepada Kesultanan Deli atas pemberian gelar kepada Presiden Jokowi. Menurut Menpar, disematkannya gelar Tuanku Seri Indera Utama Junjungan Negeri kepada Presiden merupakan langkah yang cerdas, karena ke depannya Presiden akan menjadi sosok yang tepat untuk mempromosikan Melayu sebagai salah satu budaya nasional yang memiliki berbagai produk wisata budaya unggulan di tanah air.

“Saya mengapresiasi langkah Kesultanan Deli dalam pemberian gelar kepada Presiden. Prosesi penyematan gelar ini sekaligus meneguhkan positioning Melayu sebagai satu budaya nasional yang memiliki berbagai produk wisata budaya unggulan di Indonesia. Saya ucapkan selamat kepada Bapak Presiden atas diterimanya gelar Tuanku Sri Indra Utama Junjungan Negeri,” tambah Menpar Arief Yahya.

Kesultanan Deli merupakan Kesultanan Melayu yang didirikan pada tahun 1632 oleh Tuanku Panglima Gocah Pahlawan di wilayah bernama Tanah Deli, dengan Istana Maimum sebagai istana Kesultanan Deli yang sekaligus menjadi salah satu ikon dari kota Medan.

Baca juga  Pembangunan Kawasan Perbatasan Membuka Keterisolasian dan Menurunkan Tingkat Kemahalan

Selain itu, Istana Maimun yang biasa disebut Istana Putri Hijau ini juga dianggap sebagai salah satu istana termegah dan tercantik yang pernah dibangun dan masih dapat dilihat di Indonesia.

Menurut sejarahnya, desain bangunan Istana Maimun dirancang oleh arsitek Italia yang kemudian dibangun oleh Sultan Deli, Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah pada tahun 1888. Istana yang memiliki luas sebesar 2.772 meter persegi dengan jumlah ruangan sebanyak 30 kamar ini dibangun dengan memadukan unsur budaya Melayu, Timur Tengah, Spanyol, Belanda, dan India.

Keunikan tersebut yang menjadi salah satu nilai jual Istana Maimun sebagai destinasi wisata unggulan di Medan yang kerap dikunjungi oleh berbagai wisatawan baik wisatawan nusantara (wisnus) dan juga wisatawan mancanegara (wisman).

Selain Istana Maimun, Medan memiliki destinasi pariwisata yang layak dipromosikan seperti Masjid Al-Mashun atau Masjid Raya Medan, Taman Sri Deli yang terletak tidak jauh dari Istana Maimun.

Agenda pemberian gelar kebangsawanan Kesultanan ini merupakan salah satu rangkaian acara kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Deli Serdang, Sumatera Utara dalam rangka membuka acara Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke XXVII (27) serta peresmian Bank Wakaf Mikro Nasional yang diselenggarakan di Kota Medan.

Dipilihnya Medan sebagai lokasi penyelenggaraan MTQ Nasional tahun ini tidak lain bertujuan untuk memperkenalkan Medan sebagai salah satu tujuan destinasi wisata budaya sekaligus destinasi wisata religi yang layak untuk dikunjungi oleh wisatawan.

“Pelaksanaan MTQ Nasional ke XXVII tahun 2018 bertempat di Medan kali ini menjadi momentum yang sangat strategis untuk membantu memperkenalkan kepada publik bahwa Medan adalah salah satu destinasi wisata religi di Indonesia yang layak dikunjungi selain potensi wisata budayanya yang memang luar biasa”, ungkap Menteri Pariwisata, Arief Yahya.

Baca juga  Menang Emmy, Michelle Williams singgung kesetaraan upah aktris wanita

Selain itu, kegiatan MTQ Nasional ke-27 yang digelar sejak tanggal 4-13 Oktober 2018 di Medan dan Deli Serdang ini mengangkat tema ”Mewujudkan Revolusi Mental Menuju Insan yang Qur’ani”.

Sebanyak 1550 peserta dari 34 Provinsi di Indonesia telah resmi mendaftarkan diri melalui sistem online dan akan berlaga di 7 cabang lomba dan 23 golongan lomba.

Tidak semata menjadikan MTQ sebagai ajang kompetisi membaca dan memahami Alquran, beberapa rangkaian acara menarik telah disusun dan dapat dinikmati oleh peserta atau pengunjung selama penyelenggaraan acara MTQ Nasional ke XXVII tahun 2018, antara lain: Parade 1000 Hafizh, Pawai Ta’aruf, Pembukaan Pameran, Parade/Seminar Seni Budaya serta Layanan Konsultasi Masyarakat seperti zakat dan wakaf, pernikahan, dan membaca Al Quran bagi millenial, dll.