Indonesia memiliki dua tantangan dalam bidang energi. Pertama untuk meningkatkan pasokan listrik di seluruh sektor perekonomian, dan kedua meredam impor bahan bakar minyak maupun minyak bumi mentah yang volumenya terus membesar.
Dilihat dari keragaman hayati di bumi ini, kekhawatiran krisis energi BBM sebenarnya bisa diatasi. Berbagai jenis tanaman dapat dijadikan sebagai sumber bahan bakar nabati (BBN) pengganti minyak fosil yang selama ini dipakai untuk BBM.
Singkong (Manihot utilisima) dan tebu (Saccharum officanarum L.) bisa diubah menjadi sumber bahan baku bioetanol (pengganti bensin). Kelapa sawit (Elaeisoleifera), kelapa (Cocos nucifera), jarak pagar (Jatropha curcas L.) dan kemiri sunan (Reutealis trisperma/Blanco Airy Shaw) bisa diolah sebagai sumber bahan baku biodiesel (pengganti solar).
Peningkatan produksi dan pemanfaatan BBN, yaitu bahan bakar cair dari sumber-sumber nabati (hayati) yang bersifat serupa dan dapat dicampurkan ke dalam BBM, merupakan cara paling efektif untuk menjawab kedua tantangan utama tersebut.
Dalam hal ini ada dua jenis BBN, yaitu BBN oksigenat (beroksigen) dan BBN biohidrokarbon (hidrokarbon terbarukan). BBN oksigenat mengandung atom-atom oksigen sehingga memiliki dua sifat utama, hanya bisa dicampur BBM sampai kadar beberapa puluh persen-volume saja. Keberadaan atau pencampurannya ke dalam BBM justru membuat emisi mesin (kendaraan) lebih bersih dibanding jika hanya berbahan bakar BBM murni.
Sedangkan BBN biohidrokarbon sama sekali tidak mengandung atom-atom oksigen. BBN ini terdiri atas hidrokarbon-hidrokarbon dalam kelas yang sama dengan hidrokarbon-hidrokarbon di dalam BBM padanannya, tetapi berasal atau terbuat dari sumber daya nabati. Definisi ilmiah sejati dari BBM sebenarnya adalah bahan bakar hidrokarbon cair asal/basis fosil.
Bioetanol diproduksi dari bahan berkarbohidrat, terutama yang bergula dan atau berpati, sedangkan biodiesel diproduksi dari minyak-lemak nabati. Minyak-lemak nabati merupakan bahan mentah premium (premium raw material) untuk pembuatan aneka jenis BBN, seperti biodiesel, minyak diesel hijau, bensin nabati, dan bioavtur.
Indonesia memiliki keunggulan karena minyak kelapa sawit merupakan salah satu bahan mentah terbaik untuk produksi keempat jenis BBN tersebut. Dan negeri ini sekarang merupakan penghasil dan pengekspor terbesar minyak kelapa sawit di seluruh dunia.
Bumi Indonesia juga dikaruniai aneka pohon/tumbuhan darat lain yang potensial untuk didayagunakan sebagai penghasil minyak-lemak nabati. Pohon-pohon ini bisa dikembangkan ke dalam bentuk perkebunan. Jika dimulai sekarang, perkebunan ini diharapkan dapat mulai secara komersial memasok minyak-lemak nabati selain sawit bagi industri BBN nasional pada tahun 2020-an.
Selain itu pohon potensial minyak-lemak yang direkomendasikan untuk dikembangkan adalah kelapa, pongam, nyamplung, nimba dan karet.
Indonesia juga sangat beruntung karena merupakan negara tropik bergaris-pantai terpanjang di dunia, sehingga memiliki lahan potensial terbesar untuk budidaya mikroalga, yaitu tumbuhan renik perairan yang kemampuan menghasilkan minyak-lemaknya berlipat-lipat kali pohon kelapa sawit sekalipun.
Melalui upaya penelitian dan pengembangan yang tekun dan sistematik, produksi komersial minyak-lemak nabati berbasis budidaya mikroalga diperkirakan bisa mulai memasok bahan mentah bagi industri BBN sekitar tahun 2030. [Teguhis]