“Tim kebijakan publik kami benar-benar bekerja pada peraturan pengenalan wajah, dan sangat masuk akal untuk mengaturnya,” ujar Bezos, dikutip dari Reuters, Kamis.
“Ini adalah contoh sempurna dari sesuatu yang memiliki kegunaan yang sangat positif, jadi Anda tidak ingin mengeremnya. Pada saat yang sama, ada banyak potensi pelanggaran dengan teknologi semacam itu, dan Anda memang menginginkan peraturan,” lanjut dia.
Dalam penelitian terbaru, sejumlah orang menuding Amazon dan sejumlah perusahaan teknologi lainnya kesulitan dalam mengidentifikasi jenis kelamin seseorang dengan kulit yang lebih gelap.
Hal itu memicu kekhawatiran adanya ketidakadilan jika teknologi tersebut digunakan oleh lebih banyak lembaga penegak hukum untuk mengidentifikasi tersangka.
Amazon menghadapi lebih banyak kritikan daripada pesaingnya karena telah memasarkan teknologi itu kepada polisi, dan telah mempertahankan praktiknya.
Perusahaan tersebut mengatakan semua pengguna layanannya, yang dikenal sebagai “Rekognition”, harus mematuhi hukum.
Tumbuhnya ketertarikan dalam regulasi tersebut menunjukkan ketidakpuasan masyarakat Amerika Serikat atas teknologi, yang telah digunakan oleh lembaga pemerintah selama bertahun-tahun dan kini menjadi lebih kuat dengan munculnya komputasi awan dan teknologi kecerdasan buatan (AI).
San Francisco dan Oakland tahun ini melarang warganya untuk menggunakan teknologi tersebut.
Jajaran eksekutif Microsoft, termasuk Presiden Microsoft, Brad Smith, juga telah menyerukan regulasi teknologi tersebut.
Artikel ini dikutip dari Antaranews.com