Ambon ((Feed)) – Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon, Provinsi Maluku melakukan pendampingan sekaligus pengawasan bagi petani untuk menekan batas penggunaan residu pestisida dan juga pupuk organik pada sayuran.
Wakil Wali kota Ambon Syarif Hadler mengatakan berdasarkan hasil pengujian laboratorium terhadap sampel Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT) terdeteksi ada residu pestisida golongan peritroit dengan bahan aktif parethrin pada sayuran.
“Pengujian laboratorium terhadap sampel PSAT berupa sayur-sayuran produksi sejumlah petani di Kota Ambon yang diduga terdeteksi residu pestisida menunjukkan masih di bawah ambang batas, tetapi harus terus diawasi penggunaan pestisidanya,” katanya di Ambon, Kamis.
Ia mengatakan, pendampingan dan pengawasan untuk menekan batas residu pestisida dan pupuk organik yang menimbulkan ecoli yang berasal dari hewan.
Hasil pengujian laboratorium terhadap sampel PSAT yang terdeteksi residu pestisida golongan peritroit dengan bahan aktif parethrin, katanya, terjadi pada sayuran kangkung, terong hijau dan terong ungu serta bakteri e-coli pada sayuran sawi hijau dan selada, yang masih di bawah ambang batas.
“Dibutuhkan pengawasan dan pembinaan petani agar menggunakan pestisida sesuai dengan batasan,” ujarnya.
Dijelaskannya, hasil pengujian sesuai SNI 7313 : 2008, batas maksimum residunya 0,1 mg/kg untuk terong. Sedangkan hasil pengujian laboratoioum untuk terong adalah 0,0058 mg/kg, termasuk kangkung.
“Hasil ini menunjukkan kandungan residu pestisida tersebut masih di bawah ambang batas residu sehingga dapat dinyatakan aman untuk dikonsumsi masyarakat,” katanya.
Pihaknya mengimbau seluruh masyarakat kota Ambon untuk tidak perlu khawatir mengkonsumsi sayuran, selain itu petani juga dapat melakukan panen, dipasarkan dan dikonsumsi masyarakat.
Hal yang menarik, kata dia, hasil penelitian per Agustus 2019 dalam prosesnya sayur-mayur telah dipanen petani dan dikonsumsi masyarakat, jika ada indikasi residu pestisida dan e-coli akan ada dampak yang dirasakan masyarakat.
Dampak penggunaan residu pestisida perlahan dan butuh waktu cukup panjang, tapi bakteri e-coli setelah dikonsumsi hanya membutuhkan waktu beberapa jam, langsung reaksinya mulai terasa.
“Tetapi selama ini sebelum penelitian dilakukan masyarakat telah mengonsumsi sayuran, karena itu saya ingin sampaikan bahwa semua jenis sayur yang diberitakan aman untuk dikonsumsi atau masih di bawah ambang batas,” demikian Syarif Hadler .
Artikel ini dikutip dari Antaranews.com