Jakarta (majalahagraria.today) –

“Presiden Joko Widodo menyampaikan ucapan yang sebesar-besarnya atas kerja keras semua pihak dalam menangani kebakaran hutan dan lahan di berbagai daerah. ”Sekali lagi, ini pekerjaan rutin yang kita hadapi dari tahun ke tahun dan setiap akan memasuki bulan kemarau kita selalu berkumpul di sini,” tutur Presiden Jokowi saat memberikan pengarahan kepada peserta Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) Tahun 2020 di Istana Negara, Provinsi DKI Jakarta, Kamis, 6 Februari 2020.

Pertemuan kali ini, menurut Presiden, sudah berulang-ulang setiap tahunnya sejak 2016, 2017, 2018, 2019, dan sekarang 2020.

“‘Kenapa ini kita lakukan terus? Karena yang saya takutkan adalah adanya gubernur, bupati, dan wali kota baru. Adanya pangdam, danrem, dandim, kapolda, serta kapolres baru yang baru masuk ke daerah-daerah rawan kebakaran sehingga tidak tahu aturan main kita yang sudah kita buat sejak 2016,” ujarnya. Khusus untuk TNI dan Polri yang wilayahnya ada kebakaran besar, Presiden mengingatkan untuk hati-hati pangdamnya, kapoldanya, danremnya, dandimnya, dan kapolresnya.

”Tegas-tegas saya sampaikan, pasti saya telepon ke Panglima dan Kapolri kalau ada kebakaran di wilayah kecil, agak membesar, saya tanya pasti dandimnya sudah dicopot belum. Kalau sudah membesar pasti saya tanyakan pangdam dan kapolda sudah diganti belum. Ini aturan main sejak 2016 dan berlaku sampai sekarang,” tambah Presiden.

Baca juga  Wapres Jusuf Kalla Buka Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2019

Untuk itu, Presiden mengingatkan kembali, kalau ada api satu, segera padamkan dan optimalkan peran Babinsa dan Babinkamtibmas untuk menyebarkan informasi.

”Gubernur, bupati, wali kota punya kepala desa, beritahu mereka. Sekali lagi, kalau ada api satu saja di wilayah desa, segera cari ember padamkan. Jangan sampai meluas sehingga kita menggunakan air sampai berjuta-juta ton dan tidak menyelesaikan. Sudah sulit,” tambah Presiden.

Negara besar pun sudah kesulitan, sambung Presiden, untuk menangani api seperti di Amerika dan Australia juga kewalahan. Kepala Negara mencontohkan bahwa dua minggu yang lalu sudah mulai ada api di Kabupaten Siak dan Dumai (Provinsi Riau), untung segera dipadamkan.

”Padamkan jangan sampai tambah dua, tambah tiga, tambah empat, tambah lima. Setop waktu muncul satu. Hanya itu yang bisa kita lakukan agar api tidak membesar. Kalau sudah gede, apalagi masuknya ke lahan gambut (peatland), lebih sulit lagi,” saran Presiden.

Dikucurin berapa ton air pun, sambung Presiden, juga atasnya saja yang apinya enggak ada (padam), bawahnya masih panas. Ia menambahkan bahwa asap masih keluar karena bawahnya masih api. Hal-hal seperti ini, lanjut Presiden, yang terus harus disadarkan kepada masyarakat.

Baca juga  Kota dan Kabupaten Wujudkan Pembangunan Kota Berkelanjutan

”Hati-hati, sekali lagi Provinsi Riau, Provinsi Jambi, Provinsi Sumatra Utara, Provinsi Sumatra Selatan. Meskipun provinsi-provinsi yang lain juga hati-hati, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah. Dan juga hati-hati meskipun sangat kecil sekali, Kalimantan Timur. Dan juga provinsi-provinsi kita, baik di Jawa maupun di Sulawesi, di NTT, NTB, sampai di Papua, hati-hati. Semuanya hati-hati,” Presiden mengingatkan seraya menyampaikan kalau sudah membesar kerugian akan mencapai ratusan triliun seperti tahun 2001. Karena kerugian kalau sudah membesar itu sudah bukan hanya puluhan triliun tapi bisa mencapai ratusan triliun seperti di 2015.