Kawasan bawang putih seluas 3.300 hektar di Kabupaten Temanggung saat ini memasuki panen raya. Sebagai cikal bakal pencanangan program swasembada sekaligus sentra produksi bawang putih terbesar di Indonesia, Temanggung digadang menjad pusat benih bermutu nasional. Tahun depan Temanggung mentargetkan tanam hingga 10 ribu hektar. Tak main-main, gudang-gudang benih berkapasitas besar kini mulai disiapkan untuk mendukung pencapaian swasembada yang ditargetkan pemerintah.
Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, Suwandi, yang hadir pada saat panen raya Bawang Putih di Desa Petarangan, Kecamatan Kledung Temanggung, Kamis (28/3) terlihat sumringah menyaksikan hamparan bawang putih yang sangat luas sejauh mata memandang.
“Setahun lalu, saya datang ke Temanggung cek lokasi bawang putih tidak seluas sekarang. Ini menandakan bahwa program pemerintah dan wajib tanam importir sukses membangkitkan semangat petani di Temanggung setelah sekian lama tidak tanam bawang putih. Ini momentum kebangkitan kembali bawang putih nasional”, ujarnya.
Acara yang juga dihadiri oleh Bupati Temanggung, Perwakilan Kemenko Perekonomian, DPD RI, HKTI Pusat dan BPTP Jawa Tengah dan ratusan petani tersebut Suwandi kembali menegaskan komitmennya di tahun 2019 sudah mampu swasembada benih bawang putih.
“Kuncinya, seluruh hasil panen dijadikan benih, yang penting varietasnya harus jelas. Sebelumnya kita masih impor benih bawang putih, tahun ini in shaa Allah cukup dari dalam negeri”, ujarnya. “Dengan lahan yang begitu luas, saya yakin Temanggung akan jadi lokomotif swasembada bawang putih nasional”, cetusnya.
Lebih jauh Suwandi mengajak petani untuk tidak terpancing dengan naik turunnya harga komoditas hortikultura. Pihaknya menyarankan perbaikan sistem produksi dan efisiensi budidaya bawang putih agar petani makin tangguh menghadapi dinamika pasar.
“Model tumpangsari dan rotasi tanam sudah bagus dilaksanakan petani Temanggung. Gunakan pupuk organik, pupuk hayati dan pestisida nabati. Kalaupun pakai pestisida, teliti sebelum membeli. Syukur bisa bikin pestisida hayati sendiri, lebih hemat dan ramah lingkungan. Petani harus bersatu membentuk koperasi. Pasar lelang dibangun untuk menciptakan harga yang bagus dan seragam. Kami pun akan dukung pengolahannya”, imbuh.
“Ujungnya nanti, bagaimana petani berubah dari penerima harga menjadi penentu harga,” pinta Suwandi
Bupati Temanggung M Al Hadziq mengaku bangga daerahnya kembali bangkit menjadi sentra terbesar bawang putih nasional mengungguli Lombok Timur. Pihaknya berterima kasih kepada Pemerintah dibawah Presiden Joko Widodo dan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman.
“Baru di era ini ada upaya kuat mencapai swasembada dan menghentikan impor. Saya tahu persis bagaimana Pemerintah dan Kementerian Pertanian berjibaku mengajak petani bahkan importir untuk menanam bawang putih,” ucapnya.
Sejak dicanangkan program swasembada bawang putih tahun 2017 lalu, penanaman bawang putih di Kabupaten Temanggung terus meluas. Sebagian besar lahan produktif di kawasan lereng Sumbing, Sindoro dan Prau ditanami bawang putih.
“Ini prestasi luar biasa Temanggung. Hasil panen Bawang Putih kita dorong menjadi benih karena harganya jauh lebih baik. Semoga makin membawa berkah kesejahteraan bagi petani”, tandasnya.
Kepala Dinas Pertanian Temanggung, Masrik Amin Zuhdi, merinci setidaknya ada
7 kecamatan di Temanggung yang memasuki panen raya pada bulan Mare-April ini, diantaranya Parakan, Kledung, Tretep, Bansari, Bulu, Tlogomulyo, Ngadirejo dan Selopampang. Rata-rata didominasi varietas lokal Lumbu Hijau, Lumbu Kuning dan Lumbu Putih.
“Hasil panen bulan Maret-April akan dijadikan benih yang siap ditanam lagi mulai bulan September nanti”, jelas pria yang akrab dipanggil Amin ini.
Berdasarkan analisa usaha tani Dinas Pertanian Temanggung, biaya produksi bawang putih rata-rata 95 juta per hektar. Jima produksi basahnya bisa mencapai 12 ton, dan harga jual basah sekitar Rp 12 ribu per kilogram, petani sudah untung karena biaya pokok produksinya sekitar Rp 8 ribu per kilogram.
“Tapi ini rata-rata, di beberapa tempat ada yang lebih ada yang kurang. Kami akan terus efisienkan biaya produksi agar makin kompetitif ke depannya”, imbuh Amin.
Salah satu koordinator importir yang melaksanakan kemitraan dengan petani setempat, Danang Aris Susanto, mengatakan komitmennya mendukung program pemerintah. Ia idak mau main-main dengan program ini karena sudah sewa gudang besar di Temanggung untuk menampung hasil panen petani.
“Tidak tanggung-tanggung kami berani serap panen petani dengan harga flat Rp 18 ribu per kilo kering askip. Semua kami akan jadikan benih sesuai arahan Kementan”, ungkapnya.
Danang menambahkan saat ini terdapat 7 importir yang dikoordinirnya sudah menampung hasil panen dari Temanggung, Wonosobo hingga Boyolali. Bahkan petani yang bermitra diberikan insentif 2 ribu per kilogram jika mampu menghasilkan lebih dari 6 ton per hektar.
Petani bawang putih petarangan, Timbul, meminta pemerintah menjaga harga bawang putih agar tetap menguntungkan petani. Kemudian meminta pemerintah membantu mengatasi serangan jamur, penyakit maupun virus yang sudah ada cukup lama terutama di lahan atas.
“Ini penting supaya petani bisa terus tanam,” ujarnya.