Di tengah kabut pagi Lembang yang dingin, Menteri ATR/Kepala BPN Sofyan A. Djalil berkesempatan memberikan Kuliah Umum kepada para calon Kepala Kepolisian Resor dari seluruh Indonesia di Aula Besar Gedung Soeroso, Sekolah Staf dan Pimpinan Menengah Kepolisian Republik Indonesia (Sespim Polri), Lembang, Rabu (26/06).
Datang tepat pukul 8 pagi dengan mengenakan setelan batik abu-abu, Menteri ATR/Kepala BPN disambut oleh Widyaiswara Utama Sespim Polri, Irjen. Pol. Suroso Hadi Suswoyo dan Brigjen. Pol. Petrus Wayne. Pada kesempatan yang berbahagia tersebut Menteri ATR/Kepala BPN bertemu dengan para calon pimpinan Polri dan memberikan paparan mengenai Pendidikan Karakter di Indonesia.
Menteri ATR/Kepala BPN mengatakan bahwa setidaknya seorang manusia mempunyai dua kemampuan intelegensia yaitu Intelektual Quotient (IQ) dan Emotional Quotient (EQ). Jika kita bicara mengenai IQ lanjut Sofyan A. Djalil, maka kita akan banyak membahas mengenai hard skill yang dapat dipenuhi melalui beberapa pelatihan yang kita laksanakan. Namun jika kita bicara mengenai EQ, maka kita akan banyak membahas mengenai soft skill yang berkaitan dengan karakter, karakter seorang yang selalu mencari solusi terhadap sebuah permasalahan.
“Oleh sebab itu seorang yang terus mengembangkan kecerdasan emosional maka ia lebih banyak mendengar dari pada berbicara, karena dengan mendengar dan belajar dari orang lain, anda dapat melakukan apapun. Sebaliknya jika anda tidak mau mendengar dan belajar dari orang lain, maka anda tidak akan bisa melakukan hal apapun,” ujar Sofyan A. Djalil.
Sofyan A. Djalil mengatakan bahwa sejak tahun 1995 Daniel Goleman sudah mengunggulkan kecerdasan emosi (EQ) yang dikatakannya dapat memberikan kontribusi 80% pada keberhasilan seseorang di dunia kerja. Sedangkan kontribusi IQ hanya 20%.
Senada dengan Daniel Goleman, Menteri ATR/Kepala BPN menjelaskan bahwa Robert Sternberg dari Yale University yang memperkenalkan EQ dengan istilah Successful Intelligence (SI) juga menganggap bahwa EQ lebih penting daripada IQ. Seorang dengan EQ tinggi akan meraih kesuksesan, karena mampu memotivasi dirinya untuk terus maju, mengontrol emosi/impulse negatif, berani mengambil risiko, tidak menunda pekerjaan, fokus, mampu memecahkan masalah, menerjemahkan pikiran dalam aksi nyata, percaya diri, inisiator, serta mempunyai kemampuan berpikir kreatif, analisis, dan praktis yang seimbang.
Kuliah umum yang dilaksanakan tersebut mendapat sambutan baik dari para peserta yang hadir, salah satunya adalah Ketut Suaryana anggota Polri yang berasal dari Bali yang berdinas di Sumatra Selatan. Ia menanyakan kepada Menteri ATR/Kepala BPN mengenai solusi dalam penyelesaian konflik sosial yang terjadi akibat dari adanya sengketa dan konflik pertanahan di daerah.
Menteri ATR/Kepala BPN kemudian menjawab bahwa pada intinya penyelesaian dalam sebuah konflik yang paling baik adalah penyelesaian melalui prinsip kekeluargaan, yaitu melalui mediasi. Ia mengatakan ada beberapa konflik yang pernah diselesaikan yaitu salah satunya adalah Konflik Pertanahan yang terjadi di Teluk Jambe Kabupaten Karawang.
Konflik ini telah terjadi selama bertahun-tahun dan berhasil diselesaikan melalui mediasi. Sofyan A. Djalil mengatakan mediasi dalam sengketa pertanahan tidak mengenal kata “win and lose” namun yang dikenal adalah “win-win solution”. “Alhamdulilah konflik yang kusut ini dapat kita urai sehingga bisa selesai dengan baik,” tandas Sofyan A. Djalil.