Jakarta – Tradisi yang berkembang di Indonesia biasanya setelah perayaan Hari Raya Idul Fitri, masyarakat melakukan halalbihalal, baik di lingkungan pertemanan maupun perkantoran. Tidak ketinggalan PT Chevron Pacific Indonesia yang juga setiap tahunnya melaksanakan tradisi halalbihalal.

Menteri ATR/Kepala BPN Sofyan A. Djalil berkesempatan memberikan sambutan yang bermuatan motivasi kepada seluruh karyawan PT Chevron Pacific Indonesia yang hadir pada kegiatan halalbihalal yang mengusung tema “Merangkul Persaudaraan Menghargai Perbedaan” yang dilangsungkan di Fairmont Hotel & Resort, Jakarta, Kamis (27/06).

Sesuai dengan tema yang diusung, Menteri ATR/Kepala BPN menuturkan bahwa manusia memiliki perbedaan mulai dari fisik jasmani maupun rohani. Sama halnya jika diibaratkan seperti komputer yang memiliki perangkat keras dan perangkat lunak. “Perbedaan hardware manusia contohnya ada orang Indonesia, Malaysia, Singapura sampai Amerika, tetapi kalau bicara software berarti kita bicara soal inside atau jiwa seseorang,” tutur Sofyan A. Djalil.

Dalam sambutannya Menteri ATR/Kepala BPN mengatakan bahwa jiwa manusia hakikatnya sangat suci. Tetapi kemudian, setelah lahir jiwa manusia terpengaruh oleh didikan dari orang tua maupun lingkungan sekitar. “Karena berbagai macam pengaruh yang masuk, maka dianjurkan berpuasa untuk melatih jiwa kita agar menjadi suci kembali,” kata Sofyan A. Djalil.

Menurutnya, pengaruh didikan orang tua dan lingkungan sekitar dapat menjadi salah satu faktor perbedaan di dalam jiwa manusia, mulai dari sifat, hati hingga pola pikir. Oleh sebab itu, manusia harus saling menghargai perbedaan. “Diawali dengan perbedaan, manusia dapat berakhir menjadi tidak baik bahkan menjadi musuh,” ujar Sofyan A. Djalil.

Baca juga  Evaluasi Kinerja Reforma Agraria 2018 dan Rencana 2019

Perbedaan dapat terjadi dimana saja, di era digitalisasi seperti sekarang ini media sosial menjadi salah satu wadah diskusi bagi semua kalangan yang memiliki sifat dan pola pikir yang beragam sehingga sangat rentan akan adanya perbedaan. “Media sosial merupakan cerminan siapa diri kita sebenarnya,” ucap Sofyan A. Djalil.

“Jika manusia tumbuh dengan jiwa yang terpengaruh oleh hal-hal negatif seperti kebencian maka orang tersebut akan besar menjadi pembenci dan akan terus menyebarkan kebencian dimana pun, tidak terkecuali di media sosial,” tambahnya.

Pada akhir kesempatan, Sofyan A. Djalil berpesan bahwa manusia khususnya umat muslim diwajibkan berpuasa di Bulan Ramadan dan kembali menjadi jiwa yang suci di hari kemenangan. “Puasa adalah kunci untuk melatih jiwa dan hati manusia menjadi lebih baik, jika kita bisa menjadi suci maka kualitas kita adalah kualitas Tuhan dan surga merupakan hadiah atas semua perlakuan kita,” tutup Sofyan A. Djalil. (LS/TA)