YOGYAKARTA – Sebagai satu rangkaian kegiatan Workshop on Innovative Rural Community Development Models yang diselenggarakan di Yogyakarta selama lima hari yaitu 22-27 Oktober 2018, para peserta workshop diajak mengunjungi salah satu Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang binaan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) yang terbilang sukses yaitu BUMDes Tirta Mandiri di Desa Ponggok, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Kepala Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten Junaidi Mulyono menerima rombongan delegasi Asian Productivity Organization (APO) yang sedang mengikuti workshop tersebut untuk melihat langsung inovasi dan keberhasilan Desa Ponggok dalam mengelola sumber daya alamnya, Rabu (25/10).

Keberhasilan itu terbukti telah mengangkat kehidupan ekonomi warga desa menjadi lebih sejahtera. Junaidi yang juga Direktur BUMDes Tirta Mandiri ini, kepada peserta memaparkan pentingnya desa untuk memiliki masterplan pembangunan desa sebagai visi misi desa. “Oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Desa Ponggok dinobatkan sebagai Desa Minapolitan karena perikanan menjadi unggulan di sini,” ungkap Junaidi bangga.

Dia menuturkan dari sektor perikanan Desa Ponggok menghasilkan 4,5 ton per bulan. “Kegiatan itu dikelola oleh ibu-ibu PKK dengan penghasilan sebesar Rp 125 juta per bulan,” ujarnya. Keberhasilan tersebut membawa dampak baik, Desa Ponggok kini menjadi desa mandiri, desa mampu menyediakan berbagai fasilitas bagi warganya, antara lain: desa menyediakan pelayanan dasar kesehatan gratis, pemberian gaji bagi karyawan BUMDes 3 kali lipat lebih besar daripada upah minimum rata-rata (UMR) Kabupaten Klaten, dan pemberian jaminan pendidikan. “Masyarakat Desa Ponggok juga mempunyai investasi di BUMDes dan mendapatkan penghasilan sebesar 10-15 persen per bulannya,” tambah Junaidi.

Kini Desa Ponggok juga telah menggunakan aplikasi Desa Pintar sebagai bentuk sistem informasi layanan publik yang bertujuan untuk memudahkan urusan administrasi desa. Selain itu juga untuk memudahkan monitoring aset desa sekaligus sebagai alat handling complaint system. Pun demikian dalam memasarkan produk-produk BUMDes, mereka sudah bekerjasama dengan platform online di antaranya Traveloka dan Bukalapak.

Baca juga  Covid-19 Merambah Tenaga Pendidik, Dinkes Payakumbuh Prediksi Kasus Bakal Meningkat

Kepala Bagian Kerjasama Luar Negeri Biro Humas dan Kerjasama Kemendes PDTT Theresia Junidar mengatakan Ponggok merupakan laboratorium alam untuk melihat salah satu model inovasi pemberdayaan masyarakat desa. “Workshop ini menjadi sarana bagi negara-negara di Asia Pasifik untuk mengenal model pemberdayaan masyarakat desa yang inovatif. Program BUMDes di Ponggok ini menjadi inspirasi percontohan bagi 19 negara yang termasuk dalam anggota APO,” katanya ketika mendampingi peserta workshop di Ponggok, Rabu (25/10).

Peserta workshop sangat antusias dalam mengikuti kunjungan ke BUMDes Ponggok. Mereka berdiskusi dan mengamati proses pengelolaan BUMDes baik dari pengelolaan keuangan maupun manajemen BUMDes itu sendiri. Bahkan mereka juga langsung merasakan kegiatan unggulan BUMDes Tirta Mandiri yaitu berenang dan menyelam di kolam jernih dan berfoto-foto di dalam air.

Prof. Hugh Bigsby, salah satu narasumber yang juga Dekan Universitas Lincoln, New Zealand tak ragu untuk segera menceburkan badannya ke kolam yang menggoda. “Airnya segar. Saya suka berenang dikelilingi ikan seperti ini,” katanya.

Demikian pula narasumber dari Universitas Kyoto, Jepang, Prof. Mikio Umeda. Ia sangat tertarik dan senang bisa ikut berkunjung ke Ponggok. “Saya belum pernah lihat tempat wisata air yang seperti ini. Di Jepang tidak ada yang begini,” ungkapnya.

Baca juga  Mendes PDTT Apresiasi BUMDES Tampung Hasil Produksi dan Olahan Masyarakat Desa

Komentar senada datang dari peserta dari Filipina, Dinna Lynne Ordona, dia senang dapat bergabung dengan workshop ini dan memuji sebagai kegiatan yang sangat bagus. “Kami bisa melihat langsung dan mewawancarai penduduk. BUMDes ini bagus, sehingga warga desa tidak perlu ke kota untuk mendapatkan pekerjaan,” katanya.

Perlu diketahui APO adalah sebuah organisasi kerjasama multilateral. Organisasi ini bergerak dalam bidang program peningkatan produktivitas. Indonesia bergabung menjadi anggota APO sejak tahun 1968. Saat ini ada 20 negara anggota APO. Negara-negara tersebut adalah Indonesia, Pakistan, Pilipina, Singapura, Sri Lanka, Bangladesh, Kamboja, China, Fiji, Hong Kong, India, Iran, Jepang, Korea, Laos, Malaysia, Mongolia, Nepal, Thailand dan Vietnam.