JAKARTA – Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) terus menguatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) seluruh pegawainya. Selain sebagai upaya mempercepat reformasi birokrasi, penguatan SDM juga merupakan bagian dari pembentukan karakter pegawai untuk siap menjadi agen perubahan pengentasan kemiskinan di desa-desa.

“Karenanya saya mengalokasikan cukup banyak anggaran untuk peningkatan kapasitas dan pengembangan SDM di kementerian kita ini. Sehingga kementerian ini bisa menjadi agen perubahan atau fasilitator untuk mengentaskan kemiskinan, pengurangan desa-desa tertinggal serta meningkatkan desa berkembang di Indonesia,” kata Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Eko Putro Sandjojo membuka acara Ministerial Lecture “Leadership Strategic Management Coaching Executive Development rogram” di Kantor Kemendes PDTT, Jakarta, Rabu (8/8).

Menteri Eko menambahkan, sebagai kementerian strategis yang bertugas untuk percepatan pembangunan desa, penting bagi para pegawai untuk memiliki kapasitas kepemimpinan yang baik. Kapasitas tersebut, lanjutnya, akan membantu para pengambil keputusan mengambil kebijakan yang tepat sasaran. Mendes juga mengapresiasi komitmen para pegawai yang menunjukkan perubahan dalam tiga tahun ini.

“Dan perubahan tidak akan berhenti karena tuntutan itu selalu bertambah. Tingkatkan terus kapasitas supaya tidak tertinggal. Perubahan itu tentunya perlu jiwa kepemimpinan di semua level. Leadership perlu pengetahuan. Pimpinan harus terus dilatih dan diisi supaya tidak tertinggal dan rendahkan hati untuk terus belajar. Akan ada sekolah di Tanri Abeng University (TAU) supaya tindaklanjut kinerja lebih cepat,” sambungnya.

Sementara itu, pakar manajemen yang juga merupakan Menteri Negara Pendayagunaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) era Presiden Soeharto Tanri Abeng, menegaskan pentingnya memahami konsep-konsep kepemimpinan dalam upaya percepatan reformasi birokrasi. Menurutnya, reformasi tidak akan jalan jika tidak memenuhi tiga hal, yaitu strukturnya harus benar, metode perubahan yang benar, serta pemimpinnya benar.

Baca juga  Program Kementerian/Lembaga Belum Mengacu Rencana Tata Ruang

“Reformasi birokrasi memang tidak mudah. Reformasi juga berarti mendidik orang-orangnya. Kalau orang-orangnya tidak termotivasi, pola pikirnya tidak akan berubah. Ini kembali kepada komitmen seorang pemimpin,” terangnya.

Dia melanjutkan bahwa pemimpin yang ingin melakukan reformasi itu tanpa kepentingan pribadi untuk organisasi dan untuk apa yang bisa ia tinggalkan di dalam organisasi itu.

“Pak Eko banyak pengalaman di entreupreneurial society. Beliau sangat mampu melakukan reformasi ini. Dan saya senang bahwa anggotanya diberikan kesempatan untuk belajar lagi. Tidak banyak pemimpin yang memberikan kesempatan kepada pegawainya untuk bisa belajar lagi. Kan biasanya orang birokrat itu pinter-pinter, jadi gak perlu belajar lagi,” selorohnya.

Sejalan dengan hal tersebut, Sekretaris Jenderal Kemendes PDTT, Anwar Sanusi mengatakan, adanya Ministerial Lecture menjadi media belajar dan tukar pikiran bagi para pegawai di lingkungan Kemendes PDTT untuk mentransformasi situasi krisis menjadi suatu peluang. Anwar berharap, forum ini mampu memberikan kreativitas yang meningkatkan kinerja.

Baca juga  Perayaan Hari Pangan Sedunia di NTT jadi Momentum Bangkitnya Kemendes PDTT

“Tindaklanjutnya, kita akan bekerja sama antara Tanri Abeng University (TAU) untuk peningkatan kapasitas internal agar para pegawai memiliki kompetensi seperti pegawai swasta atau wirausahawan. Kita akan membangun kembali pola kompetensi yang ada di kementerian ini,” pungkasnya. [majalahagraria.today]