Payakumbuh, Humas Kominfo – Ada yang luar biasa dalam rangkaian kegiatan peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) Ke-73 tingkat Kota Payakumbuh. Pasca upacara bendera peringatan HUT RI, selepas Sholat Jumat,  Sebuah bendera raksasa sepanjang 45 x 17 meter dibentangkan melintang sungai Batang Agam sejajar dengan Jembatan Ratapan Ibu. Jembatan tua yang konon telah berusia lebih dari 200 tahun.

70 tahun silam, jembatan tanpa rangka besi itu menjadi saksi bisu Tragedi Batang Agam. Tragedi pembantaian terhadap 36 orang pejuang kemerdekaan oleh penjajah Belanda dan mayatnya dihanyutkan di aliran batang Agam itu. Para ibu pun meratap. Maka jembatan itupun dinamakan Jembatan Ratapan Ibu hingga kini.

“Ini sebuah untaian sejarah yang semoga tidak akan putus semangatnya dari zaman perjuangan dulu sampai sekarang. Pesannya adalah, disini dulu para pejuang mengorbankan jiwa raga demi kemerdekaan. Hari ini, disini, kita bertekad dan berjuang memastikan bagaimana pembangunan Kota Payakumbuh tetap berlanjut dengan baik,” ujar Walikota Payakumbuh Riza Falepi dalam sambutannya.

Dikatakan, buat sebagian orang mungkin kegiatan tersebut sederhana. Akan tetapi, sejatinya pembentangan bendera raksasa di jembatan ratapan ibu sarat dengan makna dan semangat perjuangan.

“Kita ingin membangkitkan spirit perjuangan anak bangsa. Penting untuk kita memperbaharui semangat juang melalui spirit 45 yang dahulu ada disini. Kalau semangat kita kalah dari semangat pahlawan dulu, maka bagaimana kita bisa membangun Kota Payakumbuh ini. Ini harus kita bangkitkan,” tukas Riza Falepi.

Sebelumnya, Rajo Luak Limopuluah,  sekaligus saksi sejarah tragedi Batang Agam, MY. Datuk Marajo Indo Nan Mamangun menceritakan detail tragedi tersebut. Saat itu usianya sudah 9 tahun. Dia melihat sendiri bagaimana para pejuang tersebut dieksekusi oleh penjajah Belanda di Jembatan Ratapan Ibu.

“Paman saya adalah satu dari 36 gerilyawan yang gugur pada tragedi Batang Agam ini. Saya melihat langsung paman saya ditangkap.  Saya saksikan mereka diikat, diseret dan dibawa kesini lalu ditembak mati. Mayatnya lalu dibuang ke aliran Batang Agam, tepat dibawah jembatan ini,” tutur MY. Datuak Marajo Indo Nan Mamangun.

Baca juga  Dunia Pendidikan Sumbar, Antara Romantisme Masa Lalu Dan Obsesi Mambangkik Batang Tarandam

Rajo Luak Limopuluah mengucapkan terima kasih atas diangkatnya kisah tragedi Batang Agam melalui kegiatan lengibaran bendera raksasa dilokasi tersebut. Menurutnya,  peristiwa tersebut perlu diketahui generasi sekarang dan penting untuk dicatat secara nasional.

“Terima kasih kepada Pemko Payakumbuh, Dandim dan jajaran serta semua pihak yang telah mengangkatkan kegiatan ini. Harapan kami, monumen Ratapan Ibu dan kawasan batang agam ini bisa dikembangkan menjadi kawasan wisata sejarah,” ujar Rajo Luak Limopuluah.

Sementara, Ketua DPRD Kota Payakumbuh, YB. Dt. Parmato Alam menyambut baik ide menjadikan kawasan jembatan Ratapan Ibu menjadi destinasi wisata sejarah. Dirinya mengaku siap mendukung penuh dari sisi penganggaran.

“Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya.Kami mendukung penuh keinginan menjadikan kawasan ini sebagai kawasan wisata sejarah, termasuk penganggarannya,” ujar YB. Dt. Parmato Alam.

Sementara itu, Dandim 03/06 Lima Puluh Kota, Letkol. Kav. Solichin didampingin Wadanramil 01, Kapten Jhoni Fonta yang bertindak selaku ketua panitia pengibaran bendera raksasa mengaku bersyukur atas terselenggaranya kegiatan tersebut. Solichin mengucapkan terima kasih atas bantuan berbagai pihak yang turut membantu terlaksananya kegiatan monumental tersebut.

“Terima kasih atas partisipasi berbagai komponen seperti Gojek,  Komunitas Merah Putih, aparat TNK-Polri, dan aparat Pemko Payakumbuh dan tentunya masyarakat Payakumbuh sehingga acara berlangsung sukses. Kedepan masyarakat bisa berwisata sekaligus mengenali sejarah bangsa yang terdapat pada kawasan ini,” pungkas Solichin.

Pada Perayaan HUT RI ke 73 tingkat Payakumbuh pada tahun ini setidaknya ada 7 rangkaian kegiatan yang digelar oleh Pemerintah Kota Payakumbuh disamping pengibaran bendera raksasa tersebut. Kegiatan dimulai pda tanggal 16 Agustus dengan mendengarkan pidato Kenegaraan Presiden RI, dilanjutkan malamnya dengan Renungan Suci.

Esoknya, kegiatan berlanjut dengan Upacara Bendera 17 Agustus dan penyerahan Remisi bagi 130 Narapidana Lembaga Permasyarakatan Kelas IIB Payakumbuh oleh Walikota Payakumbuh,  Riza Falepi.

Baca juga  Mahasiswa Jepang tampil di Festival Kentongan Banyumas

Bersamaan, Wakil Walikota Payakumbuh Erwin Yunaz melakukan anjangsana kerumah salah seorng veteran bernama Nurmani di Kelurahan Balai Tongah Koto Kecamatan Payakumbuh Utara. Wawako menunjukan penghormatan yang tinggi dengan mencium tangan sang beteran dan kemudian menyerahkan bingkisan dari Pemko Payakumbuh.

Keesokan harinya, Sabtu (18/8)  dilanjutkan dengan karnaval yang bertemakan sejarah dan kemerdekaan RI. Karnaval tersebut, diisi oleh penampilan drumband dan alegoris dengan melibatkan ribuan anak didik dari seluruh sekolah yang ada di Kota Payakumbuh, dari TK hingga SMA. Ada 120 penampilan saat karnaval yang digelar dengan berjalan kaki disepanjang jalan utama pusat kota. Terdiri dari 89 penampilan  drumband dan 31 pawai alegoris kemerdekaan.

Malamnya, perayaan kemerdekaan RI ke 73, dilanjutkan dengan hiburan rakyat. Hiburan rakyat tersebut, mendatangkan band papan atas, yaitu Drive serta band lokal Payakumbuh lainnya. Selain konser band, malam hiburan rakyat juga diisi dengan penampilan 100 musisi muda Kota Payakumbuh dan  antraksi dari marching band.

Walikota Payakumbuh Riza Falepi dan Wakil Walikota Erwin Yunaz sempat duet menyanyikan lagu kemerdekaan dihadapan ribuan warga kota bersama Band Drive. [majalahagraria.today]