Kemandirian nasional di era pemerintahan Jokowi-JK menjadi pesan sentral yang disampaikan Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn.) Dr. Moeldoko, SIP yang juga dihadiri juga oleh Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si., dan 6.000 mahasiswa baru, di Bandung, 27 Agustus 2018.

Menurutnya, kemandirian nasional yang tengah diwujudkan bersumber dari butir Nawacita 6, meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing Indonesia di pasar internasional. Serta Nawacita butir 7, mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis.

Dicontohkan, bagaimana kemandirian di bidang energi dilakukan lewat nasionalisasi blok migas Mahakam dan Rokan Hulu. Demikian juga upaya untuk mewujudkan kepemilikan 51 persen saham pemerintah di Freeport.

“Pemerintah juga ingin rakyat merasakan langsung wujud kedaulatan energi dengan meningkatkan elektrifikasi listrik dari 95,35 persen saat ini menjadi 98 persen di seluruh provinsi di Indonesia,” tandas Moeldoko.

Selain itu, pemerintah juga tengah bergegas mengurangi angka kemiskinan lewat program pengentasan kemiskinan. Melalui program ini, keluarga yang berpenghasilan rendah mendapat bantuan nontunai untuk mencukupi kebutuhan dasar mereka.

Mulai dari kebutuhan rumah tangga lewat Program Keluarga Harapan, pembiayaan pendidikan dasar sampai menengah lewat Kartu Indonesia Pintar, dan akses kesehatan pada fasilitas kesehatan primer dengan Kartu Indonesia Sehat. “Sampai April 2018 ada 92,2 juta jiwa penerima KIS, 9,4 juta PKH, dan 3,07 juta keluarga bantuan pangan nontunai,” jelas Moeldoko.

Baca juga  Moeldoko sebut lokasi ibu kota baru pertimbangkan sisi ekologi

Kemandirian atas tanah dan lahan juga diwujudkan lewat pemberian 6,4 juta sertifikat hak atas tanah dan pemberian 1,7 juta izin pengelolaan lahan dalam program perhutanan sosial.

Berbagai program pro rakyat tersebut berhasil menekan angka kemiskinan menjadi 9,8 persen pada tahun 2018.

Capaian positif tersebut menjadi bekal berharga untuk menghadapi Revolusi Industri industri 4.0 yang memunculkan bukan hanya permasalahan, tetapi juga peluang baru. “Di titik ini kita perlu menyikapi tantangan global dengan mengeliminasi gangguan, memanfaatkan peluang, dan berani menghadapi tantangan,” tegas Moeldoko.

Untuk itu di tengah mahasiswa yang antusias, alumnus S-3 Universitas Indonesia 2014 ini mengajak agar mereka berani menghadapi tantangan melalui kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku usaha.

Menjawab pertanyaan salah seorang mahasiswa tentang peluang kerja di tengah bonus demografi ke depan, Panglima TNI 2013-2015 ini optimis, di era digitalisasi dan e-commerce bakal tercipta lebih banyak kesempatan kerja. McKinsey (2017) menganalisis, terjadi lompatan jumlah penyerapan tenaga kerja Indonesia melalui sektor e-commerce, dari 10 juta pada 2020 sampai 17 juta pada tahun 2022.

Baca juga  Presiden Jokowi Serahkan 1.500 Sertifikat di Cilacap

Untuk bisa bersaing dalam persaingan tersebut, para mahasiswa perlu mempersiapkan diri dengan 3C dan 1i, yakni complex problem solving, critical thinking, creative and innovation.

Di pengujung acara, Kepala Staf Kepresidenan mengajak para mahasiswa untuk membangun Indonesia sebagai wujud nasionalisme dan bersikap optimis untuk meraih peluang. [majalahagraria.today]