Jakarta ((Feed)) – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan menyatakan bahwa pemerintah mengajak Kamar Dagang Industri (Kadin) Amerika Serikat atau US Chamber of Commerce untuk bekerja sama dengan memaksimalkan pengiriman produk lokal ke AS agar dapat meningkatkan nilai ekspor Indonesia.
Luhut mengatakan kerja sama yang telah mulai dirintis sejak tiga bulan yang lalu itu merupakan salah satu cara untuk memanfaatkan peluang adanya perang dagang yang sedang terjadi antara AS dengan China.
“Jadi sekarang ini mereka (Kadin AS) baru dari China dan dia ketemu sama prime minister Li Gejiang. Jadi kegalauan itu ada,” katanya saat ditemui di Kantor Kemenko Kemaritiman, Jakarta, Jumat.
Menurut Luhut, Kadin AS tertarik kepada Indonesia dan bisa melihat adanya peluang yang sangat besar untuk mengekspor barang-barang lokal menuju AS seperti alas kaki, furnitur, garmen, tekstil, makanan, dan minuman.
“Wakil ketua Kadin AS bilang mereka optimistis melihat persiapan di Indonesia,” ujarnya.
Ia menyebutkan kerja sama ini akan melibatkan berbagai pihak seperti Kadin Indonesia, Apindo, serta tujuh bank di antaranya bank-bank BUMN, HSBC, Citibank, BCA, dan lainnya.
Kadin AS memberikan target kepada pemerintah Indonesia beserta asosiasi-asosiasi untuk melakukan eksekusi pada 15 Oktober mendatang.
“Mereka bikin target pada 15 Oktober kita tanda tangan untuk launching pertama. Jadi cepat ini,” ucapnya.
Luhut pun menargetkan dalam enam bulan ke depan sudah harus memulai ekspor sehingga bisa turut serta berpengaruh dalam peningkatan perekonomian Indonesia untuk setahun ke depan.
“Targetnya kita kalau menarik FDI dari AS agak susah karena dia juga masih mengurus dalam negeri, tapi industri yang keluar dari AS hampir 200 miliar dolar AS. Kita mau cari target bisa enggak 10 sampai 20 persen kita pindahkan ke Indonesia,” tuturnya.
Selain itu, menurut Luhut para pengusaha AS juga mengaku senang dengan adanya kebijakan penerapan omnibus law atau penyederhanaan aturan UU terkait investasi sehingga Indonesia akan dapat bersaing dengan Thailand dan Vietnam.
“Jadi kita punya target bukan FDI yang kita incar, tapi market-nya AS karena sangat besar sekali. Tingkatnya tinggi,” tuturnya.
Artikel ini dikutip dari Antaranews.com