Nama Wahyu O.S. pernah berkibar-kibar di industri musik Indonesia pada pertengahan 1980-an. Ia dikenal sebagai salah seorang pencipta lagu pop melankolis yang karyanya banyak disukai penggemar musik. Misalnya lagu “Senandung Doa” yang dilantunkan biduan Nur Afni Octavia.
Bahkan, karena lagu “Senandung Doa”, Wahyu menjadi kerap diundang oleh keluarga Kesultanan Brunei Darussalam. Selama 10 tahun, dia bolak-balik ke Brunei. Ia malah pernah tinggal di sana selama tujuh bulan, sebagai koordinator artis. Wajar bila kemudian pundi-pundi tabungannya bertambah gemuk dan banyak.
Namun, ternyata, di puncak kesuksesannya, Wahyu malah teringat janji lamanya: bila sukses, dirinya ingin membantu kaum tani. “Saya berjanji dalam hati, kalau banyak uang akan membantu para petani untuk mendapatkan pupuk berkualitas,” katanya dalam perjalanan dari rumahnya di Purwakarta ke Subang, Jawa Barat, awal Mei lalu.
Ia pun mulai melakukan riset sendiri untuk menciptakan pupuk berkualitas. Namun, dalam prosesnya, ada suatu peristiwa yang tidak disangka-sangka dan bisa dikatakan aneh kalau diukur dengan logika keseharian masyarakat pada umumnya. Peristiwa itu terjadi di Brunei.
“Mungkin orang tak percaya, saya diajak bicara oleh seekor cacing tanah. Ia melata di lantai dan menyapa saya, lalu menjelaskan cara membuat pupuk terbaik,” kisah Wahyu.
Dia pun mempraktikkan “ilmu dari sang guru” itu. Namun, ternyata, proses pembuatan pupuk seperti yang diajarkan cacing ajaib tersebut memerlukan waktu yang lama dan biaya besar.
“Puluhan miliar rupiah uang hasil kerja saya di Brunei habis untuk riset bikin pupuk,” tutur Wahyu. Ia mengaku, masa-masa itu merupakan fase kehidupannya yang cukup pahit. Namun, Wahyu kini memetik jerih-payah dari ketekunannya menciptakan berbagai jenis pupuk organik berbahan dasar kotoran cacing. Formula pupuk organik temuannya sudah diaplikasikan pada puluhan ribu hektare tanah sawah padi.
“Ada 4.000 sampai 5.000 petani di Jawa Barat yang sudah pakai pupuk organik dan sistem tanam padi yang saya buat,” kata Wahyu.
Dengan menggunakan formula pupuk temuan Wahyu, bulir padi yang tumbuh menjadi lebih gemuk daripada tanaman padi umumnya. Juga beraroma serta berdaya tahan lebih lama daripada beras pada umumnya.
Karena keberhasilannya menciptakan formula pupuk tersebut, Wahyu kini sering diundang akademisi dari berbagai perguruan tinggi di sejumlah negara Asia. “Saya bisa tunjukkan pupuk buatan saya tapi tak bisa menjelaskan unsur dan formulanya. Hanya saya yang tahu. Padi yang pakai pupuk saya dijamin kualitasnya,” ujar pria kelahiran Bandung pada 13 Juni 1959 ini.
Yang juga sering mengundang dirinya adalah kelompok-kelompok tani. “Seringnya bertemu petani dan mereka yang perlu informasi soal pupuk dan bagaimana sistem tanam yang baik,” kata Wahyu lagi.
Sejak menemukan formula pupuk itu, dia tak lagi aktif di industri musik. “Saya tinggalkan lahan musik tahun 1990, sejak berhasil bikin pupuk kebun dari kotoran cacing,” tutur Wahyu.(TEGUHIS)