KEDIRI (majalahagraria.today) – Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (Mendes PDTT) Abdul Halim Iskandar ingin desa miliki indeks kebahagiaan layaknya santri di pesantren.

Kebahagiaan ala pesantren akan menjauhkan desa-desa dari sikap intoleransi, radikalisme, dan Narkotika.

Gus Menteri Abdul Halim Iskandar memberikan sambutan dalam pembukaan Forum Musyawarah Pondok Pesantren (FMPP) se-Jawa dan Madura di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Rabu (12/2/2020). Foto: Mugi/Kemendes PDTT

Hal tersebut dikatakan Gus Menteri, sapaan akrabnya, saat menghadiri pembukaan Bahtsul Masa-il Forum Musyawarah Pondok Pesantren (FMPP) XXXVI se-Jawa dan Madura di Pondok Pesantren Lirboyo, Kota Kediri Jawa Timur, Rabu (12/2).

“Saya ingin desa punya daya tahan tinggi terhadap radikalisme, intoleransi, dan Narkotika. Ini penting, karena kalau ngomong radikalisme memang belum sampai ke desa. Tapi kalau tidak diantisipasi secara dini, mereka akan bergerak ke desa,” ujar Gus Menteri.

Baca juga  Gus Menteri Jadikan Desa Pakel dan Pulosari Sebagai Percontohan Pemutakhiran Data Desa

Gus Menteri mengatakan, membangun perdesaan tak hanya semata-mata berbicara soal peningkatan kesejahteraan, namun juga untuk memastikan masyarakat desa hidup bahagia. Kebahagiaan masyarakat mencerminkan hubungan sosial yang baik, hingga terhindar dari sikap intoleransi.

“Selama ini orang selalu bilang indeks kesejahteraan. Saya berbeda, banyak orang sejahtera tapi tidak bahagia. Saya ingin orang desa hidupnya bahagia seperti para santri yang hidupnya selalu bahagia,” ujar Gus Menteri.

Gus Menteri mengatakan, keberadaan Bangsa Indonesia membutuhkan sentuhan-sentuhan cerdas dari santri pondok pesantren. Menurutnya, Islam yang merangkul layaknya ajaran di pesantren adalah budaya yang perlu ditularkan ke desa-desa.

“Sejarah membuktikan bahwa tidak akan ada NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) tanpa adanya pesantren,” ujar Gus Menteri.

Di sisi lain menurutnya, Indonesia membutuhkan para pemikir yang benar-benar memiliki modal pemahaman cukup mengenai segala aspek masalah.

Baca juga  Wamendes PDTT memaparkan, setidaknya ada tiga ciri yang menandakan sebuah desa akan maju

Pemikir yang memiliki modal kuat, lanjutnya, adalah orang-orang yang dapat menyelesaikan masalah dari berbagai sudut pandang berbeda.

FMPP adalah santri-santri yang terbukti mampu menyelesaikan berbagai permasalahan dari berbagai sudut pandang berbeda.

“Ke depan masa depan bangsa sangat tergantung pada FMPP yang setiap saat mengasah otak, mengasah nalar, dan selalu representasikan cara berpikir ulama-ulama besar,” ujar Gus Menteri