JAKARTA, 5 November 2021 – PT Sidrap Bayu Energi, PLTB Sidrap, Sulawesi Selatan, Tim
Operasi dan Pemeliharaan Sidrap yang merupakan bagian dari perusahaan multinasional UPC
Renewables telah berhasil menyelesaikan proses pemeliharaan overhaul tahunan, atas 30 turbin
angin berteknologi canggih yang dioperasikan untuk proyek pembangkit listrik tenaga angin di
Sulawesi Selatan.

Pemeliharaan turbin angin ini dilakukan oleh Tim Elit yang diisi oleh para profesional berdedikasi dan
terlatih secara internasional Bersama-sama sebagai tim pada tahun 2018, untuk belajar dan mengasah
keterampilan mereka dalam melakukan pemeliharaan turbin angin di ketinggian lebih dari
80 meter di atas permukaan tanah. Turbin-turbin ini adalah perangkat pembangkit tenaga angin yang
pertama di Indonesia diresmikan oleh Presiden Jokowi pada Juli 2018.
.
Hal tersebut bukan hanya menandai awal kesiapan penting dalam menghadapi perubahan musim
angin, tapi juga sebagai aset PLTB utama Indonesia yang terus unggul dengan mechanical availability
sebesar > 99%, sekaligus juga berperan sebagai patok penanda posisi Indonesia di kancah
internasional seiring dengan komitmen pemimpin dunia terhadap perubahan iklim serta rencana aksi
mereka masing-masing di Glasgow.

Pertemuan COP26, sebagai salah satu kunci terhadap perubahan iklim memerlukan fokus tegas
atas langkah dan tekad yang perlu diambil Indonesia dalam merealisasikan Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) serta memenuhi tujuan jangka pendek 2024/2025, salah
satunya yakni melalui pembangunan perluasan kapasitas PLTB Sidrap sesuai yang direncanakan,
serta pembangunan PLTB strategis lainnya di Jawa Barat, Kalimantan Selatan dan Kupang, Nusa
Tenggara Timur (NTT). Sejumlah proyek itu sudah terdapat dalam daftar “harus dilaksanakan”
sebelum 2024, yang tinggal 24 bulan lagi dari sekarang.

Baca juga  PLN Operasikan SPKLU Pertama di NTT, Ekosistem Kendaraan Listrik Bisa Lebih Cepat

Pernyataan kesiapan yang muncul dari proyek PLTB Sidrap ini mencerminkan perspektif Nasional dimana banyak sorotan tertuju kepada Indonesia, tidak hanya karena lesunya peluang investasi di bidang energi terbarukan, namun juga karena sejarah kegagalan dalam pencapaian target RUPTL.

Pencapaian target RUPTL ini bakal menjadi perhatian bagi dunia internasional karena sudah
waktunya Indonesia membuat terobosan yang berarti untuk memperbanyak pelaksanaan proyek
energi terbarukan dalam 24 bulan ke depan.

Ini merupakan sebuah target yang menantang untuk Indonesia, terutama setelah sekian lama mengalami kemajuan yang lamban, meskipun demikian pihak yang terlibat dalam industri ini siap
menghadapi tantangan tersebut, termasuk UPC Renewables.

Sementara itu, Indonesia masih tertinggal dalam merealisasikan investasi di aset energi terbarukan,
melihat Vietnam berhasil dengan kecepatan yang luar biasa. Vietnam telah mampu, bahkan selama
pandemic Covid-19 untuk memberikan investasi energi terbarukan sebesar 17 GW aset energi baru
terbarukan dibandingkan Indonesia yang hanya 2 GW.

Dan dengan peningkatan eksponensial terhadap harga batubara yang memberikan dampak berat
pada peningkatan biaya dasar PLN ditambah lagi dengan naiknya harga panel surya secara vertical,
kemungkinan hingga Q4 2022 sebagai akibat dari berbagai masalah serius rantai pasokan energi.
Untuk itu memperbanyak proyek PLTB bisa menjadi salah satu jawaban yang dapat diandalkan,
terutama yang telah berinvestasi baik dalam asset maupun keterampilan sehingga mampu memenuhi
“syarat pra-kualifikasi” saat PLN melakukan penyaringan melalui proses Pengadaan terhadap
para peserta lelang yang benar-benar siap pada bulan Desember 2021. Ini juga dapat memitigasi
kegagalan pada proses pengadaan dan menyusun focus kepada kecepatan dan ketepatan waktu COD
dan PPA yang diperlukan dalam meraih
keberhasilan.

Baca juga  Dukung Penanganan Covid-19, PLN Siap Produksi Hingga 2 Ton Oksigen per Hari

Dengan demikian Tim Operasi dan Pemeliharaan di Sidrap sepenuhnya mendukung komitmen
Indonesia dalam mewujudkan Energi Bersih, Hijau, Terbarukan yang dideklarasikan dalam
COP26 – sebagai antisipasi Pertemuan G22 – hanya (7 bulan) dari sekarang dimana setelah itu
Indonesia akan mendapatkan semua sorotan lampu panggung dan karenanya dalam waktu yang sangat
singkat ini harus membuat kemajuan dalam pengembangan industri energi terbarukan –
diperkuat dengan suatu daftar membanggakan pencapaian penandatanganan PPA dan financial
close proyek energi terbarukan dalam beberapa bulan mendatang.