Jakarta – Wakil Presiden RI Jusuf Kalla didampingi oleh Menteri LHK Siti Nurbaya membuka secara resmi Pekan Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2019 di Jakarta Convention Center (11/7). Mengambil tema “Biru Langitku, Hijau Bumiku”, acara yang berlangsung selama 3 hari hingga 13 Juli 2019 ini menggambarkan upaya kita untuk terus mengendalikan polusi udara dan menjadikan bumi lebih hijau.

Wapres Jusuf Kalla menyampaikan, “Pertumbuhan penduduk dan ekonomi yang sangat cepat menimbulkan konsekuensi terjadinya peningkatan permintaan barang dan jasa serta peningkatan transportasi yang berbanding lurus dengan tingginya penggunaan bahan bakar fosil. Pembakaran yang kurang baik pada sektor transportasi menyumbang 70% pencemaran di perkotaan, disusul dengan sumbangan dari sektor industri. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas udara sehingga polusi udara telah muncul sebagai salah satu risiko kesehatan terkemuka di dunia.”

Menurut Wapres Jusuf Kalla, diperlukan pola hidup yang menyatu dengan alam. Hal tersebut dapat ditandai dengan seminimal mungkin melakukan aktivitas yang menghasilkan unsur yang dapat mencemari alam, misalnya dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor, mengurangi penggunaan plastik, sabun, detergen, atau bahan kimia lainnya, termasuk mengelola sampah dengan bijak.

Untuk mengurangi polusi udara dari kendaraan bermotor, Menteri Siti menyampaikan telah dilakukan upaya-upaya peralihan penggunaan bahan bakar bersih secara bertahap, pengalihan moda transportasi dari kendaraan pribadi ke jenis angkutan umum massal, kebijakan pengetatan baku mutu emisi, dan pengembangan serta penambahan ruang terbuka hijau. Lebih lanjut, law enforcement serta dorongan perubahan teknologi mulai diterapkan pada sumber-sumber pencemar industri. Penyesuaian peraturan juga terus dilakukan berkaitan dengan standar emisi serta standar bahan bakar Euro-4.

Baca juga  Tanya Tentang Tata Kelola Alam ke Letjen TNI (Purn) Dr. (H.C) Doni Monardo

Menteri Siti menerangkan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah terus berupaya meningkatkan pelayanan transportasi massal berbahan ramah lingkungan, mengembangkan hari bebas kendaraan bermotor (car free day), menyediakan fasilitas parkir, serta merevitalisasi jalur pejalan kaki. Selain itu, Pemerintah Daerah juga membangun dan mengembangkan Taman Kota, Hutan Kota dan Kebun Raya. Bagi industri, dilakukan pengawasan pemenuhan baku mutu emisi, pelaporan emisi secara kontinyu yang terintegrasi dengan sistem pelaporan di KLHK.

Untuk memantau kualitas udara Indonesia secara realtime, KLHK sejak tahun 2015 telah membangun jaringan sistem pemantau kualitas udara (AQMS = Air Quality Monitoring System) di 26 Kota di seluruh Indonesia. Diluar alat pemantau yang dibangun oleh KLHK telah terkoneksi pula dengan 45 stasiun milik BMKG, Pemerintah Daerah dan Swasta, sehingga jumlah keseluruhan mencangkup 71 stasiun, yang bisa di akses secara langsung melalui website http://iku.menlhk.go.id/aqms.

Baca juga  Keluarga Besar Yayasan Generasi Lintas Budaya turut berduka cita atas wafatnya Bapak Ir.Sarwono Kusumaatmadja

Berdasarkan hasil pemantauan udara kota Jakarta, jika dibandingkan dengan Baku Mutu Udara Ambien (BMUA) Nasional yaitu 65 mg/Nm3 maka kualitas udara Jakarta masih bagus atau sehat. Jika dibandingkan dengan standar WHO pada angka 25 mg/Nm3, maka kualitas udara Jakarta masuk kategori sedang. Bilamana menggunakan data gabungan AQMS KLHK dan Pemerintah DKI Jakarta, maka kualitas udara Jakarta berada pada konsentrasi 39,04 mg/Nm3 atau pada kategori tidak sehat untuk kelompok sensitif yaitu bayi dan manula.

Halaman selanjutnya Jika dirunut data…