Jika dirunut data tahun 2015 dan 2016, yang pada saat itu masih menggunakan hasil pengukuran manual melalui Evaluasi Kualitas Udara Perkotaan (EKUP), maka secara keseluruhan kualitas udara kota Jakarta masih bagus atau sehat karena masih di bawah ambang batas BMUA. Tetapi jika dilihat per parameter dan per wilayah administrasi, maka udara kota Jakarta tidak dapat dikatakan makin membaik atau makin menurun, melainkan relatif konstan. Demikian pula bila kita menggunakan data Air Visual tahun 2017 yang dikelola oleh LSM berkedudukan di Beijing, China, maka kualitas udara kota Jakarta berdasarkan data rata-rata tahunan PM 2,5 berada pada urutan ke 160, yaitu pada angka 29,7 mg/Nm3 atau kategori sedang.
Persoalan pencemaran lingkungan hidup yang tidak kalah pentingnya adalah permasalahan sampah di Indonesia yang semakin nyata dan kompleks, khususnya di daerah-daerah. Meninggalnya 2 orang akibat tertimbun longsoran sampah di Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) di salah satu kabupaten di Provinsi Banten, serta kematian ikan Paus di perairan Wakatobi dengan 5,9 kg sampah plastik ditemukan dalam tubuhnya menjadi berita yang menyedihkan. Juga adanya kali atau sungai dengan timbunan sampah sepanjang 1,6 kilometer dengan ketebalan 0,5 meter yang berlokasi tidak jauh dari Jakarta. Hasil survey pemantauan sampah laut oleh KLHK tahun 2017 dan 2018 di 18 Kabupaten/Kota, menunjukkan rata-rata timbulan sampah laut sebesar 106,38 gram per meter persegi.
Sumber pencemaran pesisir dan laut tersebut lebih banyak bersumber dari daratan yaitu 80% dan bersumber dari lautan sebesar 20% seperti sektor pelayaran dan perikanan. Persoalan pencemaran pesisir dan laut telah menimbulkan berbagai persoalan yang kompleks dan mengancam keanekaragaman kehidupan laut dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Dalam pengendalian pencemaran dan kerusakan pesisir dan laut, Pemerintah Indonesia dalam berbagai forum internasional telah menyatakan komitmen untuk mengurangi sampah plastik di laut sampai dengan 70% pada 2025. Aksi untuk mencapai komitmen tersebut akan dilakukan melalui 4 (empat) strategi yaitu: (1) peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan; (2) pengelolaan sampah plastik teresterial; (3) pengelolaan sampah plastik di pesisir dan laut; serta (4) mekanisme pendanaan, penguatan kelembagaan, penegakan hukum, serta penelitian dan pengembangan.
Pada PLHK 2019 ini, Wapres Jusuf Kalla menyerahkan Penghargaan Kalpataru kepada 10 tokoh yang terdiri dari tiga kategori yaitu Perintis Lingkungan, Pengabdi Lingkungan, dan Penyelamat Lingkungan. Selain itu, Wapres Jusuf Kalla didampingi oleh Menteri Siti juga berkesempatan untuk menyerahkan Penghargaan Khusus Perempuan Inspirator Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Penghargaan Kalpataru Kategori Perintis Lingkungan diberikan kepada Lukas Awiman Barayap (Kabupaten Manokwari, Papua Barat), Sucipto (Kabupaten Lumajang, Jawa Timur), Eliza (Kabupaten Sumbawa Barat, NTB), dan Nurbit (Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara). Selanjutnya, kategori Perintis Lingkungan diraih oleh Meilinda Suriani Harefa (Kota Medan, Sumatera Utara), M. Hanif Wicaksono (Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan), dan Baso Situju (Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan). Sedangkan kategori Penyelamat Lingkungan disematkan kepada Kelompok Masyarakat Dayak Iban Menua Sungai Utik (Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat), KPHA Depati Kara Jayo Tuo Desa Rantau Kermas (Kabupaten Merangin, Jambi), dan Kelompok Nelayan Prapat Agung Mengening Patasari (Kabupaten Badung, Bali).
Penghargaan Khusus Perempuan Inspirator Lingkungan Hidup dan Kehutanan, yang merupakan penghargaan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan diberikan kepada Ibu Dra. Sri Murniati Djamaludin, Apt. MS atas upayanya melakukan pengelolaan lingkungan hidup, terutama mengembangkan pengelolaan sampah melalui kegiatan pembuatan kompos, bank sampah dan kebun tanaman obat yang dikenal dengan nama Kebun Karindra.
“Terima kasih kepada tokoh-tokoh yang mendedikasikan dirinya untuk memperbaiki dan menjaga lingkungan. Ini semua menjadi contoh dan bagian penting dari upaya jangka panjang kita demi kelestarian dan keseimbangan alam serta kemajuan bangsa Indonesia,” pesan Wapres Jusuf Kalla.